Ikuti Kami

Utut: Infrastruktur ke Sentraproduksi Sawit adalah Keharusan

Pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan terkait dengan akses ke perkebunan kelapa sawit dinilai sebagai hal yang dibutuhkan.

Utut: Infrastruktur ke Sentraproduksi Sawit adalah Keharusan
Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto.

Jakarta, Gesuri.id - Pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan terkait dengan akses ke perkebunan kelapa sawit dinilai sebagai hal yang dibutuhkan antara lain untuk mengefisienkan biaya produksi komoditas tersebut.

Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto di Jakarta, Selasa (9/10) menyatakan infrastruktur ke sentraproduksi sawit adalah keharusan.

Baca: Prakosa Minta Perbankan Permudah Pembiayaan Peremajaan Sawit

Hal itu, ujar dia, karena selain memudahkan pengangkutan hasil produksi juga diperkirakan bakal menghemat biaya angkut.

"Infrastruktur ke sentra-sentra produksi harus bagus dan menumbuhkan produktivitas," ujar politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.

Sebelumnya terkait dengan sawit, kampanye hitam yang dilakukan sejumlah LSM terhadap industri sawit dinilai merupakan bagian dari persaingan dagang di pasar global dan upaya sistematis yang berpotensi mengganggu aktivitas ekspor di sektor perkebunan nasional.

"Memang itu semua (kampanye) target mereka. Ujungnya kepada persaingan bisnis. Ada kepentingan di balik itu semua," kata Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang dalam rilis yang diterima di Jakarta, Rabu (26/9).

Menurut Bambang, kampanye ini jelas mengganggu eksistensi Indonesia di pasar global, mengingat ekspor produk perkebunan terus meningkat sepanjang dua tahun terakhir.

Baca: Rudianto: Investasi Pabrik Pengolahan Sawit Perlu Ditambah

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor komoditas perkebunan tumbuh 26,5 persen menjadi Rp432,4 triliun pada 2017. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar Rp341,7 triliun.

Dari keseluruhan komoditas perkebunan, kontribusi sawit terhadap ekspor perkebunan terbilang tinggi, ada pertumbuhan 25,8 persen dari Rp241,9 triliun menjadi Rp307,4 triliun pada 2017.

"Kampanye LSM ini merupakan bagian dari genderang, yang sengaja mereka ciptakan. Jelas kampanye ini mengganggu eksistensi ekspor," ucapnya.

Quote