Ikuti Kami

Bertemu Cagub Djarot, Ibu-Ibu Pedagang Berlinang Air Mata

Mendatangi pasar dan mendengar keluhan, dia juga mengungkapkan program pro rakyat.

Bertemu Cagub Djarot, Ibu-Ibu Pedagang Berlinang Air Mata
Djarot saat bertemu dengan pedagang pasar di Tapteng

Tapteng, Gesuri.id – Dalam kunjungan ke Onan (pasar) Sibabangun, Tapanuli Tengah (Tapteng), Rabu (28/3), Cagub Sumut nomor 1, Djarot Saiful Hidayat mendengar keluhan pedagang. Haru biru, bercucuran air mata situasi pasar menjadi tempat curahan hati dan harapan pedagang.

Juwita Sinaga, seorang pedagang sayuran misalnya mengungkapkan, merasa adanya ketidakadilan bagi pedagang pemilik kios, lantaran pedagang kaki lima jualan berjejer di depan pasar. Karenanya, dia meminta segera dilakukan penataan pedagang di pasar tersebut. Terutama penataan terhadap pedagang sayuran.

“Tolonglah, Pak, ditata. Kalau mereka (juga pedagang sayuran) jualan di depan, barang kami ya gak laku,” keluhnya. “Ini kami belum ada buka dasar sedari pagi, Pak,” tambah Juwi memberi pengakuan.

Pedagang asal Garoga ini pun merasa penanganan segera dilakukan. Bila dibiarkan, Juwita bersama para pedagang sayur lainnya di tempat itu khawatir bakal terlilit utang. “Tolonglah kami, Pak! Kalau jualan enggak laku, bagaimana saya memenuhi biaya sekolah anak-anak. Anak saya satu sudah kuliah. Bagaimanalah ini, Pak?” tanyanya sembari meneteskan air mata.

Kekhawatiran Juwita beralasan. Sebab, saat ini dirinya menjadi satu-satunya tulang punggung di dalam keluarga. “Tolong ya, Pak, suamiku sakit, anak-anakku masih sekolah. Apa mau kukasih kalau jualanan tak laku,” sebutnya dengan terbata-bata.

Senada diungkapkan Rosmida Hasibuan yang juga menjadi pedagang sayuran di pasar itu. Pedagang asal Sidimpuan ini mempertanyakan ketegasan pemerintah daerah sejauh ini. Pasalnya, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan tempat yang legal dengan menyediakan kios, namun, masih ada juga pedagang yang menjual barang sejenis di tepi jalan besar, persis di depan pintu masuk Onan Sibabangun.

“Kalau ada yang jualan sayuran di depan sana, mana mau lagi orang masuk kemari. Tunggu habis dulu laku barang dagangan mereka, barulah ada yang beli sama kami. Ini kan gak adil, Pak,” tuturnya. “Apalagi kami kan, ambil barang dari toke (bos) itu pagi hari. Sore dibayar. Tapi kalau enggak laku, berutanglah kami,” tambahnya.

Baca Juga: Saran Warga Sumut Dalam Memilih

Menjawab keluhan itu, Djarot merasa seharusnya ada penataan. Dirinya mengaku, sedari awal memasuki pasar, sudah sadar kalau ketimpangan ketika melihat sesama pedagang sayuran ada yang jualan di dalam kemudian ada pula jualan di tepi jalan. “Nanti kita bicarakan dengan bupatinya, biar ini dibenerin,” jawab Djarot sambil menenangkan ibu-ibu pedagang sayuran tersebut.

Menurutnya, itulah perlunya pemimpin yang blusukan, terjun langsung melihat realita dan masalah di lapangan. “Itu makanya saya datang ke sini supaya saya ngerti,” aku Cagub yang berpasangan dengan Sihar Sitorus itu.

Tak cuma itu, Djarot lantas menjelaskan sejumlah program seperti Kartu Sumut Pintar sebagai solusi atas beban biaya pendidikan, khususnya bagi kalangan tak mampu. “Ini untuk pelajar SMA/SMK/Aliyah, bebas biaya sekolah,” tunjuknya. “Kemudian, untuk mahasiswa, sambung Djarot, juga ada program beasiswa Rp1 juta per bulan atau Rp12 juta per tahun,” lanjutnya lagi.

Quote