Ikuti Kami

Selalu Jadi Peserta Pemilu, Jokowi Tidak Pernah Kalah

Pilpres 2019 menempatkan Jokowi-Ma’ruf memperoleh kemenangan dengan 85.607.362 suara atau 55,50 persen.

Selalu Jadi Peserta Pemilu, Jokowi Tidak Pernah Kalah
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi latihan olahraga paralayang saat mengunjungi kawasan pariwisata berbasis olahraga atau "sport tourism" di Desa Kutuh, Badung, Bali, Jumat (17/5/2019). Presiden mengunjungi kawasan seluas 16 hektare tersebut yang dibangun menjadi kawasan "sport tourism" dengan lapangan sepak bola dan tempat berlatih olahraga paralayang yang dikembangkan dengan memanfaatkan program dana desa.

Jakarta, Gersuri.id - Berdasarkan hasil Pilpres 2019 yang sudah diumumkan KPU, Joko Widodo menjadi orang yang ikut Pemilu sebanyak lima kali dan tidak pernah kalah.

KPU telah menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan dan perolehan suara tingkat nasional dari 34 provinsi dan 130 PPLN untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, Selasa (21/5) dini hari.

Baca: Deddy Komitmen Kawal Nawacita di Wilayah Perbatasan

Hasilnya, pasangan 01 Jokowi-Ma’ruf memperoleh 85.607.362 suara atau 55,50 persen, dan pasangan 02 Prabowo-Sandiaga memperoleh 68.650.239 suara atau 44,50 persen.

Hasil rekapitulasi itu ditetapkan melalui Keputusan KPU Nomor 987/PL.01.8-KPT/06/KPU/V/2019 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2019.

Jika melihat ke belakang pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini, bisa dibilang tak sekadar beruntung.

Tahun 2004 Jokowi bergabung dengan PDI Perjuangan, saat itu Jokowi langsung menggandeng FX Hadi Rudyatmo untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo tahun 2005.

Dalam pemilihan Walikota Solo tahun 2005, Jokowi dan FX Hadi berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraih suara sebesar 36,62 persen.

Lantas, Jokowi kembali mencalonkan diri sebagai Walikota Solo kedua kalinya pada tahun 2010-2015, hasilnya, Jokowi dan FX Hadi mendapatkan 90 persen suara.

Baca: TKN: Gugatan Sengketa BPN ke MK Tepat dan Terhormat

Belum genap mengakhiri masa pemerintahannya di Solo, Jokowi pada tahun 2012 digadang Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk bertarung di DKI Jakarta melawan Fauzi Bowo sang Gubernur petahana.

Mujurnya lagi, Jokowi memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta bersama Ahok dengan angka 53 persen.

Baru berselang dua tahun memerintah di DKI Jakarta. Jokowi-Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden tahun 2014 melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Tak dinyana, Jokowi memenangkan kembali gelaran pemilihan umum keempat dengan perolehan suara 53 persen atau mencapai 70 juta suara.

Hari ini, Jokowi kembali maju sebagai Calon Presiden 2019-2024 dengan menggandeng Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai Calon Wakil Presiden.

Kemenangan fenomenal di 2010

Joko Widodo (Jokowi), yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo, meraih kemenangan fenomenal dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo 2010, 26 April, keduanya meraup suara 90,09 persen.

Berdasarkan catatan pilkada, perolehan suara itu beda sedikit dengan kemenangan pasangan petahana Herman Sutrisno-Akhmad Dimyati di Pilkada Banjar, Kalimantan Selatan, pada 2008, sebesar 92,19 persen.

Baca: Soal People Power, Ganjar: Contohlah Sportivitas MU

Pasangan petahana yang terkenal dengan panggilan Jokowi-Rudy ini diusung PDI Perjuangan serta didukung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Pasangan ini hanya kalah di satu tempat pemungutan suara (TPS) dari 932 TPS.

Satu-satunya pesaing Jokowi-Rudy, KP Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawi yang diusung Partai Demokrat dan didukung Partai Golkar, hanya mengumpulkan suara 9,91 persen.

Dalam pilkada ini, angka partisipasi mencapai 71,80 persen dari 393.703 jiwa dalam daftar pemilih tetap.

Sosok yang Merakyat

Tukang becak yang biasa mangkal di depan Pura Mangkunegaran Sumarno (42), menilai Jokowi sebagai sosok yang mau menyapa rakyat kecil dan kerjanya sebagai wali kota selama 2005-2010 terlihat nyata.

Sumarno terkesan dengan upaya penataan kota yang dilakukan Jokowi, seperti di koridor Ngarsapura dengan memindahkan toko-toko elektronik yang semula memenuhi sisi kanan dan kiri koridor ke pasar elektronik yang dibangun Pemerintah Kota Solo.

Lahan tempat berdirinya toko adalah tanah negara. Kawasan Ngarsapura kini menjadi ruang publik yang cantik.

”Wajah Pura Mangkunegaran jadi terlihat, tidak seperti dulu, tertutup deretan toko,” kata warga Kampung Keprabon.

Baca: Luar Biasa, Jokowi-Kiai Ma'ruf Menang Mutlak di Papua

Kesan sama dikemukakan Rino Handoyo (25), warga Kadipiro, Banjarsari, yang berjualan jus buah di dekat Stadion R Maladi, Sriwedari.

Ia memberikan apresiasi terhadap Program Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) yang diberikan kepada warga yang tidak memperoleh jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) atau asuransi kesehatan (askes).

Ayah Rino, yang menderita gangguan prostat dan harus dirawat sebulan di Rumah Sakit Dr Moewardi, hanya mengeluarkan 80 persen dari total biaya Rp 15 juta dengan menggunakan kartu PKMS seri silver.

Kartu seri gold yang diberikan untuk warga miskin Kota Solo malah menggratiskan seluruh biaya pengobatan.

Salah satu prestasi Jokowi-Rudy dalam memimpin Kota Solo, yang diakui warga Solo dan luar Kota Solo, adalah model pendekatan dalam penataan pedagang kaki lima (PKL).

Pada saat Satuan Polisi Pamong Praja di kota lain ribut dengan PKL, di Solo, pemindahan hampir 1.000 PKL dari Monumen ’45 Banjarsari ke Pasar Klithikan, Notoharjo, tanpa kekerasan.

Perhatian Jokowi-Rudy terhadap masyarakat tidak diragukan lagi.

Bahkan, sehari menjelang kampanye, Pemkot Solo meluncurkan Bantuan Pendidikan Masyarakat Solo (BPMS) untuk 43.000 siswa yang menggratiskan biaya pendidikan untuk siswa SD-SMA.

Selain figur Jokowi yang dinilai luar biasa, kesuksesan Jokowi-Rudy itu juga didukung tim sukses yang solid.

”Di wilayah yang menunjukkan keragu-raguan terhadap Jokowi-Rudy, kami melakukan pendekatan rendah hati, mengembangkan dialog intersubyektif. Strategi kami disebut andap asor,” kata Ketua Tim Kampanye Jokowi-Rudy, Putut Gunawan.

Suwardi, dosen dan peneliti dari Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi, Solo, mengungkapkan, hasil survei Desember 2009 menunjukkan, akseptabilitas Jokowi mencapai 78,6 persen, Rudy 8 persen, dan Eddy 2,2 persen.

Dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai bakal calon wali kota dari lintas pemilih parpol mencapai 93,0 persen.

Baca: Sah, Jokowi-Ma'ruf Menang di Sumatera Utara

Survei yang digelar tiga minggu menjelang hari-H pilkada menunjukkan elektabilitas Jokowi-Rudy 85,7 persen dan seminggu sebelum hari-H mencapai 90 persen.

”Sosok Jokowi yang merupakan profesional pebisnis tanpa latar belakang politik kepartaian mampu mematahkan mitos sekat-sekat ideologi perpolitikan lokal,” kata Suwardi.

Quote