Ikuti Kami

Anton Tegaskan Kerumunan Maumere Tak Bisa Jadi Pidana! 

Mantan Kapolda Jawa Barat itu menilai, sungguh sulit membendung keinginan rakyat untuk dapat melihat secara langsung Presidennya.

Anton Tegaskan Kerumunan Maumere Tak Bisa Jadi Pidana! 
Mantan Kadiv Humas Polri Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan.

Tasikmalaya, Gesuri.id - Mantan Kadiv Humas Polri Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan turut menanggapi adanya kerumunan saat Presiden Jokowi berada di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa waktu lalu.

Kader PDI Perjuangan itu mengungkapkan, ketika pertama kali melihat kiriman video kerumunan warga di Maumere saat menyambut kedatangan Presiden Jokowi yang sejatinya hendak meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, dirinya sudah memprediksi hal itu menimbulkan perbincangan publik di negeri ini. Khususnya terkait dengan Protokol Kesehatan (Prokes) pandemi COVID-19.

"Bahkan, video yang viral tersebut bagi mereka yang punya kepentingan akan 'menggoreng-gorengnya' sedemikian rupa untuk kemudian menyerang pemerintahan Jokowi dengan berbagai argumentasinya," ungkap Anton, baru-baru ini.

Karena itu, lanjut Anton, kritik terhadap Presiden Jokowi pun pasca kunjungannya ke Maumere itu terus mengalir. Publik protes karena kunjungan Jokowi, Selasa (23/2) itu memicu kerumunan warga.

Baca: DPRD NTT Tegaskan Kerumunan di Maumere Terjadi Spontan

Padahal, hingga saat ini, baik Presiden maupun jajarannya juga kerap mengingatkan tentang pentingnya protokol kesehatan seperti mencegah timbulnya keramaian.

“Soal kerumunan masyarakat di Maumere dalam menyambut presiden memang tidak dapat dikatakan baik dari sisi pelanggaran protokol kesehatan. Namun, kejadian tersebut di luar dugaan Presiden. Ya, tentunya kita  harus  akui juga bahwa keinginan masyarakat Maumere untuk bisa melihat Presiden Jokowi secara langsung sulit dibendung," ujar Anton. 

Mantan Kapolda Jawa Barat itu menilai, sungguh sulit membendung keinginan rakyat untuk dapat melihat secara langsung Presidennya. Sehingga mereka  pun melanggar disiplin prokes 

Dengan kejadian ini, kata Anton Charliyan, para pihak yang punya kepentingan 'menggoreng'nya pun terus bertindak.  Hal itu terbukti dengan adanya laporan masyarakat kepada Polri, meski kemudian Bareskrim Polri menolak laporan masyarakat atas peritiwa kerumunan di Maumere.

"Kejadian ini sejatinya tidak perlu digoreng-goreng. Apalagi dipakai sebagai senjata untuk menyerang pemerintah dan Presiden Jokowi. Sebab, kerumunan yang terjadi murni kehendak masyarakat. Tidak perlu digoreng, karena itu keinginan tulus rakyat,” tegas Anton 

Terkait alasan, mengapa Bareskrim Polri menolak laporan Koalisi Masyarakat  Anti Ketidakadilan (KMAK) terkait kasus tersebut, Anton Charliyan menjelaskan kembali, bahwa kerumunan warga di Maumere yang terjadi saat Presiden Joko Widodo melintas, tidak memiliki basis yang elementer untuk menjadi peristiwa pidana.

“Kerumunan terjadi tanpa kesengajaan. Masyarakat datang secara spontan, tanpa ada undangan. Karena itu,   wajar Polri  menolak laporan masyarakat atas peritiwa kerumunan di Maumere.”ujarnya

Anton Charliyan pun tersenyum terkait  adanya tuntutan sejumlah pihak yang meminta pembebasan dedengkot FPI Rizieq Shihab.  berupaya menyamakan kasus Rizieq dengan Presiden Jokowi di Maumere.

"Tuntutan itu jelas tidak beralasan. Karena penahanan Rizieq justru ada basis elementer, niat yang kuat untuk melakukan pelanggaran atas larangan dalam regulasi, yaitu tindak pidana. Memang ada niat melakukan pelanggaran hukum atas larangan normalnya,” ujar Anton. 

Disisi lain, sambung dia, kerumunan warga saat menyambut Presiden Joko Widodo tidak bisa menjadi dalih untuk membebaskan Rizieq dari proses hukum. Pasalnya, kerumunan di Maumere dan di Petamburan saat Rizieq menikahkan anaknya adalah hal yang berbeda. Karena,  tidak ada ajakan untuk membuat kerumunan warga di Maumere ketika menyabut Presiden Jokowi.

Baca: Bobby Bersyukur Pelaksanaan Vaksinasi Berjalan Lancar

Dalam masa pandemi COVID-19, lanjut Anton, kerumunan Maumere itu tetap berpotensi menularkan virus Corona. Namun, dia tidak menyalahkan siapapun atas kejadian tersebut.  Anton  hanya meminta peristiwa itu dijadikan bahan evaluasi supaya tidak terulang kembali.

Seperti diketahui, Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Maumere, NTT, Selasa (23/2). Berbagai video yang beredar memperlihatkan massa berkerumun mendekati Jokowi yang berada di dalam mobil.

Menurut Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, kerumunan itu akibat spontanitas warga.

"Jadi sebenarnya itu melihat spontanitas dan antusiasme masyarakat Maumere menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Kebetulan mobil yang digunakan presiden atapnya dapat dibuka, sehingga presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker," kata dia.

Quote