Jakarta, Gesuri.id - Ratusan aktivis reformasi 1998 dan aktivis pro demokrasi lintas generasi melakukan ziarah tabur bunga sekaligus refleksi Reformasi di Taman Makam Umum Pondok Rangon, Jakarta Timur, Rabu 21/5.
Hadir dalam kesempatan itu para aktivis 1998 dari berbagai kampus seperti Wanto Klutuk Sugito (Aktivis 98 UIN Syahid Jakarta), Jimmy Fajar Jimbong (Aktivis 98 ISTN Jakarta), Mustar Bonaventura (Aktivis 98 UKI), Simson Simanjuntak (Aktivis 98 Unika Medan), Agung (Aktivis 98 Kampus APP), Cesare (USNI Jakarta) dan berbagai tokoh reformasi 98 lainnya.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Demokrasi Harus Dirawat Dengan Baik!
Mantan aktivis 98 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wanto Sugito dalam sambutannya mengatakan bahwa Reformasi bukan sekedar peristiwa, tabur bunga bukan sekedar seremoni, melainkan momentum kontemplasi untuk terus memperjuangkan nilai yang diamanatkan perjuangan Reformasi tersebut.
“Nilai untuk terus melawan ketidakadilan, nilai untuk terus melawan rezim intimidatif dan anti demokrasi, nilai untuk terus melawan sistem militeristik, nilai untuk mewujudkan pemerintahan pro rakyat, “ kata pria yang akrab disapa bung Klutuk itu.
Dilanjutkan olehnya, perlawanan terhada orde baru era Reformasi mampu menumbangkan Soeharto sebagai icon totaliter dan diktator, oleh karena itu pihaknya sangat menentang wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Baca: Ganjar Ungkap Hal Ini Akan Usulan Solo Jadi Kota Istimewa
“Kami menyatakan penolakan tegas terhadap upaya pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, mantan presiden yang memimpin selama 32 tahun melalui rezim Orde Baru yang otoriter, militeristik, dan penuh pelanggaran hak asasi manusia,” ujar Wanto.
Wanto menganggap upaya pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto adalah penghinaan terhadap para korban, keluarga mereka, serta seluruh rakyat Indonesia yang memperjuangkan keadilan dan demokrasi.