Ikuti Kami

Eddy: Tak Benar Ning Lia 'Calon Boneka' di Pilwali Surabaya

Berkembang opini seolah-olah Eddy memasang keponakan Gubernur Jatim itu.

Eddy: Tak Benar Ning Lia 'Calon Boneka' di Pilwali Surabaya
Wakil Ketua PDI Perjuangan Jawa Timur, Eddy Tarmidi Widjaja (kanan).

Surabaya, Gesuri.id - Wakil Ketua PDI Perjuangan Jawa Timur, Eddy Tarmidi Widjaja, menegaskan tidak benar opini dan pemberitaan yang menilai bahwa Lia Istifhama yang adalah keponakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sebagai 'calon boneka' di Pilwali Surabaya 2020. 

Baca: 18 PAC Kabupaten Sidoarjo Hadiri Rakorcab Persiapan Pilkada

Seperti diketahui, saat ini tengah berkembang opini di masyarakat seolah-olah Eddy memasang keponakan Gubernur Jatim itu menjadi calon boneka, yaitu sebagai salah satu kandidat di bursa Pilkada Surabaya tahun 2020 mendatang.   

"Saya dianggap seolah-olah sanggup memasang salah satu kandidat yang keponakan Gubernur Jatim sebagai calon boneka. Untuk itu saya perlu meluruskan itu tidak benar. Pilwali surabaya masih tahun depan, tapi opini-opini dan suasana makin panas," ujarnya lirih. 

Sementara Eddy Tarmidi Widjaja adalah juga salah satu bakal calon di Pilwali Kota Surabaya  dari etnis minoritas Tionghoa, dan ia biasa disebut sebagai AHOK-nya Surabaya. 

"Yang benar adalah Ning Lia yang keponakan Bu Khofifah, Cak Firman keponakan Mahfud MD yang  juga salah satu kandidat Pilwali Surabaya 2020, bersahabat baik dan bersepakat untuk saling mendukung walau suasana politik masih cair," ungkap Eddy. 

Lebih lanjut, Eddy menjelaskan politik itu bersahabat dan riang gembira. Ia juga mengakui suhu politik menjelang Pilkada Surabaya 2020 semakin memanas. 

Dampaknya, lanjut Eddy, isu dan rumor saat ini mulai sengaja dimunculkan untuk menjatuhkan calon lain.

Pengurus Fatayat NU Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, semula memang hanya dipandang sebagai calon 'underdog' atau numpang lewat saja. Ternyata, hingga Jumat (4/10) namanya masih bertahan dalam bursa Pilkada Surabaya 2020.

Sebaliknya, sejumlah calon lain justru mulai hilang dari peredaran.

Kondisi itu memunculkan rumor, bahwa Ning Lia sengaja dikatrol oleh calon lain yang sesungguhnya dipersiapkan maju sebagai kandidat pemimpin kota Surabaya di Pilkada Surabaya 2020.

"Memang awalnya kaget, kok saya dibilang pengkatrol suara untuk seorang calon yang juga masuk bursa Pilkada Surabaya 2020. Kaget, karena kok mudah ya orang bikin isu seperti itu. Apalagi saya dituding sebagai calon boneka. Saya tegaskan semua rumor itu tidak benar," ujar Lia Istifhama, Jumat.

Keponakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa ini menganggap semua kompetitor sebagai sahabat.

Untuk itu, pihaknya mengajak agar semua calon berkompetisi secara sehat dengan adu gagasan dan konsep.

Menurut Ning Lia, ini adalah proses politik sekaligus aktualisasi diri. Karena itu siapapun yang mendapat rekom dari partai politik harus dihargai.

"Saya menganggap semua kompetitor adalah sahabat sekaligus sparring patner. Tidak ada istilah lawan apalagi musuh. Siapapun yang nantinya mendapat rekom harus dihargai, karena ini proses politik yang menjadi domain partai politik," tutur warga asli Wonocolo tersebut.

Pembina Ponpes Raudlatul Banin wal Banat Surabaya ini mengungkapkan, dirinya maju dalam proses pilwali Surabaya ini bukan karena semata keinginan pribadi.

Melainkan juga karena adanya dorongan dari para pendukung yang mayoritas adalah relawan Khofifah-Emil pada Pilgub Jatim 2018 lalu.

Baca: DPC Surabaya Serahkan Berkas Balon Wali Kota ke DPD

Putri KH Masykur Hasjim, mantan Ketua DPW PPP Jatim ini menjelaskan, bahwa amanah baginya adalah tanggungjawab yang harus dijalankan dan tidak bisa dihindari walaupun itu berat

"Saya kuat dan bisa eksis sampai saat ini karena relawan dan pendukung yang militan.

Karena dorongan mereka juga yang membuat saya menjalani proses ini.

Biar lah proses ini berjalan dulu, sampai titik di mana harus berhenti.

Yang jelas ikhtiar hari ini sudah sangat luar biasa," pungkas Ning Lia, yang juga kandidat doktor dari UINSA Surabaya itu.

Quote